Senin, 19 November 2012

Diikuti Ribuan Peserta, Tanpa Kehadiran Pejabat


Ribuan anggota komunitas angklung dari SD, SMP, SMA, perguruan tinggi hingga masyarakat umum mengikuti hari peringatan diakuinya angklung sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO di halaman Gedung Sate, Bandung, kemarin.
BANDUNG – Hari Minggu (18/11) kemarin merupakan momen yang bersejarah bagi masyarakat Indonesia. Pada tanggal itu dua tahun lalu, United Nations Education Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mengakui angklung sebagai warisan budaya dunia.

Untuk mengapresiasi predikat yang kini melekat pada alat kesenian tradisional asli Jawa Barat (Jabar) itu, berbagai komunitas angklung di Jabar berupaya mengingat kembali tanggal tersebut dengan mengikuti acara bertema Angklung’s Day 2012. Harapannya agar masyarakat Indonesia sadar dan tidak melupakan kesenian angklung yang kini sudah menjadi milik dunia itu. Acara peringatan angklung sebagai warisan budaya dunia itu digelar tepat di halaman Gedung Sate, Kota Bandung, yang juga dikenal sebagai ikon Jabar.

Sayangnya, tidak ada satu pun pejabat pemprov yang menghadiri kegiatan yang terbilang cukup besar itu.Acara yang dihadiri berbagai komunitas angklung mulai tingkat TK, SD, SMP, SMA, mahasiswa hingga masyarakat umum itu jumlah pesertanya mencapai sekitar 3.000-an orang dari 60 sekolah di Jabar. Berdasarkan informasi dari panitia acara, sedianya acara tersebut akan dihadiri Wakil Gubernur Jabar Dede Yusuf. Para peserta yang mayoritas siswa-siswi SMP itu terus berlatih agar tampil maksimal di hadapan Wakil Gubernur. Hingga acara selesai,Dede tak kunjung datang.

Pada saat sebagian peserta sudah membubarkan diri,tibatiba rombongan mobil Gubernur Jabar Ahmad Heryawan tiba di halaman Gedung Sate. Gubernur pun langsung menyapa peserta yang masih ada di lokasi. Dia lantas mengajak seluruh peserta yang tersisa untuk beraudiensi di dalam Gedung Sate. Dengan raut wajah kecewa, Gubernur mengapresiasi digelarnya acara yang menurutnya terbilang besar itu. Heryawan pun mengaku menyesal tak bisa menyambut ribuan peserta. Dia mengaku tak tahu-menahu acara yang berlangsung di halaman kantornya itu.

“Saya mengapresiasi acara ini, tapi saya tidak tahu ada acara ini. Jika dikoordinasi dengan baik,pasti lebih baik,konsumsi buat anak-anak pun bisa disiapkan,” kata Heryawan yang mengaku baru selesai menghadiri sejumlah undangan itu. Dia menyesali tidak adanya koordinasi atas acara tersebut. Bahkan, dia mengaku memaksakan diri datang setelah mendapat kabar adanya acara tersebut. “Bayangkan, saya Gubernur Jawa Barat,ada acara di kantor gubernur, saya tidak tahu kan lucu. Makanya saya datang, nanti dikira Gubernur tidak perhatian.Terus terang, kalau tahu lain ceritanya.Ini di luar sepengetahuan saya,ini tidak boleh terulang,”ucapnya.

Dia berjanji Pemprov Jabar akan merumuskan strategi penyebaran angklung ke setiap sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di seluruh Jabar. Hal tersebut perlu dilakukan agar alat kesenian berbahan bambu itu tetap lestari, dikenal, dan tetap dimainkan seluruh masyarakat Jabar.

Sementara itu, Ketua Panitia Angklung’s Day 2012 itu, Agung Setiana, mengakui kurangnya koordinasi dengan Pemprov Jabar. Dia menyebutkan, acara itu seharusnya dihadiri Dede Yusuf. “Tapi, Pak Dede memang tidak datang.Saya pun tak tahu alasan pastinya,”kata Agung. 

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.